Selamat ulang tahun pangkajene dan kepulauan


PETANI KOPI LEMBANG DEWATA MAMPU MEMPRODUKSI KOPI BUBUK TORAJA YANG BERKULITAS SECARA MASSAL BERKAT ALAT PENYANGRAIAN KOPI DARI UKI PAULUS MAKASSAR

Rosalia Sira Sarungallo1, Denny2, Kordiana Sambara3

1Program Studi Teknik Kimia, Program Studi Teknik Informatika3 dan 2Program Studi Manajemen,

versitas Kristen Indonesia Paulus

Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 13, Makassar

Faktualsulsel.com, Makassar- Jauh dari sumber listrik tidak membatasi usaha masyarakat Lembang (Desa) Dewata, Kec. Mappak, Kab. Tana Toraja untuk memproduksi kopi bubuk berkualitas. Melalui program peningkatan pengetahuan dan pelatihan produksi kopi bubuk yang terukur, masyarakat Lembang Dewata belajar secara berkelompok untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam pengelolaan kopi dari petik merah hingga pada pengemasan secara home industri.

Di bawah binaan Program Studi Teknik Kimia UKI Paulus, perubahan mencolok terjadi pada unit produksi kopi yang dihasilkan oleh masyarakat. Tujuan kegiatan yang dilakukan beberapa bulan ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas kopi toraja bubuk dan pendapatan masyarakat di Desa Dewata. Melalui kegiatan ini masyarakat di Desa Dewata diberdayakan dengan meningkatkan pengetahuan melalui pemberian pelatihan memproduksi kopi toraja bubuk yang berkualitas. Pelatihan meliputi cara produksi kopi toraja bubuk berkualitas baik, mulai dari proses penyangraian biji kopi, pengayakan kopi toraja bubuk, dan pengemasan kopi. Selain itu, dilakukan kegiatan ceramah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai managemen kelompok dan pemasaran kopi toraja bubuk yang sudah diproduksi. Hasil dari kegiatan yang dilaksanakan di Desa Dewata adalah produk kopi toraja bubuk bercitarasa dan aroma khas toraja dengan kemasan yang lebih menarik.
Sebelumnya, masyarakat Lembang Dewata sangat sulit dalam memproduksi kopi bubuk dengan kualitas yang tidak terukur, dikarenakan terbatasnya pengetahuan tentang cara mengelola dan mengemas kopi, terbatasnya sarana prasarana, dan letak atau geografis lembang berada pada wilayah terpencil. Menurut Kepala Lembang Dewata, Damianus Pasau, petani kopi di tempatnya mampu menghasilkan biji kopi beras (biji kopi mentah) sebanyak 100 ton/tahun. Pencapaian tersebut karena Kepala Lembang Dewata telah mencanangkan program menanam kopi di semua lahan kosong termasuk halaman rumah dan memproduksi sendiri kopi bubuk. Selain itu, petani kopi di desa tersebut dilarang menjual kopi beras ke tengkulak. Semua itu dilakukan dalam rangka untuk mencapai kemandirian desa dan mencegah permainan harga di tingkat pedagang.

Kepala Lembang Dewata memiliki obsesi untuk menghasilkan kopi dalam berbagai varian. Untuk itu, menurutnya lagi, perlu beragam inovasi dalam pengolahan kopi agar menghasilkan kopi berkualitas yang mempunyai daya saing, baik dari segi rasa dan aroma, serta yang terpenting adalah produk kopi memiliki ciri khas yang dapat dijadikan branding dalam penjualan.

Sejalan dengan program strategi Lembang Dewata, dan menilik pada pada kenyataan sebelumnya bahwa produk kopi bubuk Lembang Dewata masih terbentur pada beberapa kendala utama, diantaranya produk kopi bubuk belum bisa bersaing dengan kopi toraja komersil lainnya karena disangrai secara tradisional. Oleh karena itu, Universitas kristen Indonesia Paulus hadir dengan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, telah melaksanakan Program pemberdayaan masyarakat di Lembang Dewata beberapa bulan terakhir.

Program inovasi tersebut dilaksanakan pada tahun 2018 silam, di mana Tim memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik penyangraian (roasting) dan pengemasan yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi bubuk serta mempertahankan aroma dan citarasa khas kopi Toraja Dewata. Kegiatan proses penyangraian menggunakan alat roasting yang didesain secara khusus, terbuat dari bahan logam stainless berkapasitas 15 kg, dengan bahan bakar dari kayu, briket, dll. Kopi yang digunakan adalah jenis robusta dan arabika yang berasal dari lahan kopi penduduk. Pada kegiatan ini, biji kopi mentah jenis robusta sebanyak 8 Kg disangrai selama 60 menit pada temperatur 200 OC. Sedangkan biji kopi jenis arabika dengan kapasitas dan temperatur 200OC membutuhkan waktu 70 menit. Agar proses penyangraian merata, maka alat penyangraian diputar perlahan-lahan, hingga kopi terlihat tua kecoklatan.

Alat yang diproduksi oleh Tim Riset Program Studi Teknik Kimia UKI Paulus ini menghabiskan biaya 10 juta rupiah untuk setiap unitnya. Yang menarik dari alat ini adalah alat yang memiliki bobot ±25kg ini ramah lingkungan, bebas dari pemakaian listrik, dan sesuai dengan medan atau kondisi yang dihadapi oleh masyarakat Lembang Dewata.

Dengan demikian, saat ini produksi kopi bubuk yang dihasilkan dari kegiatan tersebut telah membuka wawasan kemitraan untuk mengembangkan usaha secara maksimal. Pada kenyataannya kini, produksi kopi bubuk dari Desa Dewata sudah dapat bersaing dengan kopi toraja bubuk yang sudah ada di pasaran. Kualitas bubuk kopi yang sebelumnya masih rendah telah meningkat dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang secara diikuti secara konsisten oleh masyarakat. Kemasan kopi bubuk telah menggunakan kemasan yang layak untuk dipasarkan. Masyarakat pun semakin termotivasi untuk dapat mengembangkan kopi bubuk dari desa mereka menjadi sebuah peluang usaha yang sangat potensial meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Lembang Dewata.

Sumber: Faktual 01

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *