Selamat ulang tahun pangkajene dan kepulauan


MAKASSAR – Seorang wanita yang disebut keponakan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) nonaktif Nurdin Abdullah, Fita, menangis saat datang menagih utang katering dan Wisata COVID ke Pemprov Sulsel. Total tagihan katering dan hotel itu disebut total bernilai miliaran rupiah, Jumat (9/7/2021)

Fita awalnya datang ke lantai 2 kantor Gubernur Sulsel bersama pengusaha katering dan hotel lainnya yang juga senasib dengannya. Saat tidak mendapatkan kejelasan kapan tagihan katering miliknya akan dibayar, Fita kemudian terlihat turun ke area lobi sambil menangis.

“Wisata COVID tidak ada yang terbayar sampai sekarang. Empat bulan,” kata Fita, yang menangis saat ditemui wartawan di kantor Gubernur Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar.

Dari penjelasan Fita dan para pengusaha katering dan hotel lainnya, diketahui bahwa katering dan hotel mereka digunakan oleh Pemprov Sulsel untuk program Wisata COVID pada 2020. Tapi, memasuki 2021, pembayaran mulai tersendat.

“Saya bulan Januari sampai Maret (tagihan belum dibayarkan),” kata Fita.

Akibat hal tersebut, Fita mengaku mengalami kerugian karena ada tagihan Rp 600 juta yang belum dibayarkan.

“Iya sekitar itulah (Rp 600 juta),” ucap Fita.

Saat ditanya soal penyebab dia dan para pengusaha katering dan hotel belum bisa dibayarkan, Fita tak sanggup lagi menjawab pertanyaan wartawan. Dia berusaha meredakan tangisannya.

“Saya nggak bisa bicara, bicara mi,” ujar Fita memberikan kesempatan kepada sejumlah rekan-rekannya untuk berbicara dengan wartawan.
Sementara itu, seorang pengusaha katering lainnya, inisial L (30), mengatakan Fita, yang tagihannya hingga kini belum juga dibayarkan oleh pihak Pemprov Sulsel, sebenarnya keponakan Gubernur nonaktif Nurdin Abdullah.

“Iya betul (keponakan Nurdin Abdullah) katering juga, Fita,” kata inisial L

“(Fita) anaknya saudaranya dari istrinya Pak Gubernur, Ibu Lis, kemenakannya,” katanya lagi.

L mengatakan makanan katering miliknya yang belum dibayarkan ialah sisa pada Maret atau bulan terakhir program wisata COVID. Nilainya mencapai Rp 300 juta.

“Kalau saya sendiri bulan terakhir, sekitar Rp 300 juta,” katanya.

** Den

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *