Selamat ulang tahun pangkajene dan kepulauan


Gowa, Faktualsul.com- Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan menegaskan, terkait pembebasan lahan pada mega proyek Bendungan Je’nelata ia meminta kepada masyarakat agar tidak menjual lahan atau tanahnya kepada pihak lain selain pemerintah.

Hal ini diungkapkan di sela-sela kunjungan kerjanya di Desa Tassese, Kecamatan Menuju, Senin (8/4) didampingi Wakil Bupati Gowa Abd. Rauf Malaganni.

“Persoalan pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Je’nelata ini saya meminta agar warga Manuju jangan menjual tanahnya kepada orang lain selain pemerintah,” katanya.

Bahkan ia pun berharap masyarakat setempat tidak mudah terbujuk untuk menjual tanah mereka lebih awal.

“Yakinlah pemerintah akan membeli lahan atau tanah bapak ibu yang akan jadi wilayah pembangunan bendungan dengan harga yang wajar. Apalagi, saat ini sedang dilakukan taksasi oleh pihak appresial untuk menentukan harga tanah,” tegasnya.

Menurut Bupati Adnan, pemerintah telah menyiapkan anggaran pembebasan lahan sebesar Rp460 Miliar dengan harapan dapat segera diserap berkaitan dengan pembebasan lahan.

Bendungan Je’nelata yang berlokasi di Kecamatan Manuju ini akan menampung suplay air 5 desa di Kecamatan Manuju, yakni Desa Moncongloe, Desa Bilalang, Desa Tanah Karaeng, Desa Manuju dan Desan Pattallikang.

“Untuk anggaran pembangunan bendungan dibutuhkan sekitar Rp3 Triliun melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019. Anggaran ini sudah termasuk anggaran pengerjaan bendungan dan pembebasan lahan,” ujarnya.

Pembangunan Bendungan Je’nelata di Kecamatan Manuju yang merupakan mega proyek Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) ini ditargetkan akan rampung pada 2022 mendatang.

Sebelumnya, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengang (BBWSPJ) Suparji mengungkapkan, terkait analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) untuk Bendungan Jenelata telah rampung.

“Amdal sudah selesai. Perampungan desain bendungan ditargetkan segera menyusul agar pembebasan lahan bisa segera dilakukan,” ungkapnya.

Lanjutnya, saat ini pihaknya juga telah mengurus sertifikat pembangunan Bendungan Je’nelata dari Komisi Keamanan Bendungan (KKB).

“Meski demikian, proses pengerjaan dapat segera dimulai sambil menunggu keluarnya sertifikat sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi,” ujarnya.

Pihak BBWSPJ juga masih menunggu keluarnya peta penentuan lokasi (penlok) dari Gubernur Sulsel. Setelah penlok dikeluarkan proses selanjutnya adalah pembentukan Tim Apresial yang dibentuk oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.

Lanjut dia, untuk luas lahan yang dibutuhkan diperkirakan sekitar 1.700 hektare (Ha) dengan kapasitas tampung volume waduk 246 juta meter kubik (m2) atau dibawah dari pada Bendungan Bili-bili sebesar 370 juta m2. Tak hanya itu, bendungan ini akan memberikan suplay di 3 daerah irigasi atau sebesar 23.690 Ha sehingga membantu suplay air dari Bendungan Bili-bili.

“Tentunya ini akan sangat membantu pencapaian intensitas tanam kedepannya yang mencapai 300 persen,” kata Iskandar.

Bendungan Je’nelata ini juga mampu mereduksi banjir dari 1800 m2 per detik menjadi 760 m2 per detik atau mengurangi 50 hingga 60 persen reduksi air sehingga dapat dikendalikan. Tentunya, bendungan inilah yang akan dimaksimalkan menjadi pengendali banjir kedepan.

Tak hanya itu, bendungan ini selain menjadi waduk penampungan ait juga akan memberikan pelayanan air baku sebesar 7,8 m2 per detik atau dapat melayani permintaan air baku ke 7,8 juta jiwa. Juga bisa menjadi potensi pembangkit tenaga listrik 0,4 megawhaat (MW).

“Manfaatnya memang sangat besar jika bendungan ini terbangun,” tutupnya.

Sumber: ***Suandi

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *